Jogjakarta

0 komen
Menyambung cerita sebelumnya, perjalananku selama di Jogjakarta, sehari menganggur di Jogjakarta luntang-lantung.
Diawali dari dering telfon waktu di Stasiun Kiaracondong, saat menunggu pemberangkatan kereta Kutojaya selatan. Telfon dari Aero, awalnya menanyakan kabar keberangkatan namun akhirnya mereka bilang akan naik Gunung Lawu pada malam itu, mendadak karena ajakan teman di Jojakarta, Shanti, Inda, dan puput.
Wah alamat luntang-lantung nih di jogja menunggu mereka turun dari Lawu dulu. Untungnya Restu punya teman di Jogja, yang awalnya terpikir untuk balik kanan dan pergi besok akhirnya kami pergi malam itu juga. Ckck
Keretapun berangkat, sebuah kereta ekonomi yang tentunya kepadatan adalah sebuah hal lumrah yang sering
terjadi, kereta yang selalu dipenuhi orang-orang dengan berbagai kepentingan, dimulai dari orang-orang yang kembali dari pekerjaan mereka di Bandung, orang yang mau menengok saudara mereka di Jawa, orang yang mau berlibur sepertiku, orang yang mencari nafkah di kereta seperti pedagang asongan, dan lain sebagainya.
Selama perjalanan tentunya aku tidak mendapat tempat duduk, dari Bandung sampai Kroya aku merubah posisi duduk dan berdiri karena pegal semakin menjadi. Singkat cerita kamipun sampai di kutoarjo, melanjutkan perjalanan ke Jogja menggunakan PRAMEX, sejenis KRD kalau di Bandung atau KRL kalau di Jakarta.
Setelah sampai di Jogja, teman Restupun menjemput kami di Stasiun Tugu, Kamipun berangkat menuju rumahnya, sekedar beristirahat setelah terkukus di dalam kereta selama 10 Jam lebih. Pada malam harinya kamipun berangkat jalan di Jogja bareng temen restu, empunya acara, nangkring di kafe daerah UII Kampus bawah sambil memainkan games UNO gila yang membuatku sampai joged di stage kafe untuk pertama kalinya di Jogja, ah sial... tapi tak apalah.
Jam Dua pagi aku pun berangkat menuju teman-teman yang baru pulang dari Gunung Lawu yang menjemput ku di kafe, pakaian dekil dan muka super cape menungguku di depan kafe. Akhirnya akupun pamitan kepada teman Restu dan kembali berbaur dengan penghianat-penghianat  yang meninggalkanku ke Lawu dan hanya memberikan Oleh-oleh sebongkah ARCA dan foto-foto mereka di Lawu

Triangulasi 3.265 mdpl

Best Picture, Aero

Anggid, Arca Lawu

Rona, Gaya uy
Hati bergetar, perasaan iri atau cemburu membuat hasrat untuk memulai perjalanan ke Merbabu semakin menjadi, tak sabar rasanya ingin melihat pemandangan nusantara dari atas sana, sebuah negeri di atas awan yang tersimpan keindahan dan ketentraman tiada tara, sebuah puncak gunung.
Keinginan hati untuk memulai pendakian pada hari itu harus ditunda, karena aku kasihan kepada teman-temanku yang tentu saja kelelahan setelah pendakian Gunung Lawu. Hari itu tentu saja tidak kami sia-siakan dengan tidur dan berdiam diri saja, berada di sebuah kota terkenal di Indonesia yang kental dengan kebudayaan dan sejuta kenangan tentu kami gunakan untuk berjalan-jalan mengelilingi Jogjakarta.
Sarapan pagi pada siang hari (karena "Pendaki Lawu" bangun kesiangan) kami berangkat ke sebuah kedai unik, namanya "Rumah makan Pak Harto" yang berada di dekat sebuah terminal di Jogjakarta. Kedai ini sangat unik, satu-satunya Rumah Makan termurah yang aku kunjungi seumur hidupku, bayangkan saja semua menu harganya Rp. 6.000 rupiah tapi porsi dan menu yang disajikan adalah menu Foodcourt dengan porsi warteg, sangat cocok "Pendaki" yang kelaparan setelah perjalanan.
Setelah itu kamipun berangkat ke kontrakan teman kami di daerah Malioboro untuk menyimpan barang-barang kemudian melanjutkan berjalan-jalan di Jogjakarta. Kami lalu melanjutkan wisata kami ke alun-alun kota Jogjakarta, sekedar menikmati malam panas di Jogja dan bagiku mengenang 6 tahun silam kala pertama kali aku ke tempat ini dengan teman-teman SMA ku. Hm... sama seperti dulu memang alun-alun ini, masih banyak yang berjualan dan orang-orang yang memainkan mitos berjalan melewati dua pohon beringin.

ready to go!!! Malioboro

Alun-alun Jogja

Tak terasa, rasa lapar melanda kami lagi, kali ini salah satu tempat yang menjadi simbol kuliner Jogjakarta, Kopi Joss dan Nasi Kucing Asli Jogjakarta yang berada di samping Stasiun Tugu Jogjakarta menjadi tujuan kami. Melepas rasa lapar dan nangkring sambil mendengar lantunan seniman jalanan menyanyikan Keroncong Bengawan Solo, Yogyakarta-nya Katon, sampai shaggy dog. Nice night with memorial's song
Seniman Jalanan menghangatkan malam

begaya nih


Setelah itupun akhirnya kami memutuskan kembali ke Kostn untuk persiapan perjalanan esok hari, Merbabu menanti

Sebuah awal perjalanan

1 komen
Pertama kalinya saya mendaki sebuah gunung diatas 3.000 mdpl, sebuah gunung yang berada di Magelang yang bernama Gunung Merbabu dengan ketinggian 3.142 mdpl di puncak Kenteng Songo.
Sebuah awal perjalanan yang menarik bagiku, walau tidak sesuai dengan impianku selama ini. Impianku selama ini memulai perjalanan dengan saudara-saudara seorganisasiku, Organisasi Pecinta alam yang telah aku masuki dari 2 tahun yang lalu. Cukup lama memendam impian, 2 tahun tentunya bukan waktu yang sebentar bagiku, akhirnya aku memutuskan untuk berangkat sendiri bersama sahabat-sahabatku yang selalu mengajak mendaki dari setahun kemarin namun selalu aku tolak demi impian itu.
Si Kentuy Mao

Semua diawali dari sms sahabatku, Rona namanya yang untuk kesekian kalinya mengajakku untuk mendaki, dia mengajak untuk pergi ke Gunung Lawu. Seperti biasanya untuk urusan mendaki gunung selalu saja aku acuhkan dengan sejuta alasan, intinya aku tidak mau ikut. Waktupun berganti, 3 hari kemudian tidak sengaja aku bertemu dengan Rona dan Aero yang sedang sibuk mengurus persiapan perjalanan mereka, dan ternyata mereka mengubah perjalanan ke Merbabu, Hati bergetar rasanya mendengar nama Merbabu, dari kecil aku sudah familiar dengan nama itu, apalagi aku sering sekali berkunjung ke sebuah situs penggiat alam yang namanya merbabu untuk mencari referensi dan informasi paling update tentang alam di Indonesia.
Hati bergolak untuk ikut dengan mereka, saat mendengar kalau mereka akan pergi pada malam itu, keinginanpun surut, karena malam itu aku ada janji untuk melihat pagelaran tari di Dago, tidak enak rasanya membatalkan janji dengan si Do'i. Akhirnya akupun hanya mendo'akan mereka dalam perjalanan, seperti BIASA!!!
Oonee

Selama pagelaran tari di Dago gak tahu mengapa hati selalu saja teringat akan nama Merbabu itu, akupun bercerita kepada si Do'i akan ketertarikan itu dan meminta izin untuk pergi, mengubur impian pendakian bersama saudara-saudaraku, dan akhirnya si Do'i pun mengizinkan untuk pergi bahkan mendukungku untuk memulai perjalanan pertamaku.
Tanpa pikir panjang lalu aku sms kembali Rona untuk kemungkinan aku menyusul pergi, apakah bisa atau tidak. Kala itu mereka sedang menunggu kereta menuju Jogjakarta dan merekapun menyetujui aku untuk menyusul esok hari karena mereka akan memulai pendakian lusa karena besok akan dipakai untuk beristirahat. Waktu satu haripun saya gunakan untuk menyiapkan semua perlengkapan tempur saya yang dibantu oleh Do'i terkasih. Alhamdulillah semua berjalan lancar, hatipun bulat untuk pergi ke Jogjakarta sebuah kota kenangan dan harapan (sebenarnya).
Setelah semuanya siap akhirnya sayapun menyiapkan keberangkatan malam hari, kali ini ada tambahan personil, namanya Restu, teman Aero yang juga ingin menyusul pergi ke Merbabu. Akhirnya kami berangkat ke Jogjakarta dengan menaiki Kutojaya, sebuah kereta ekonomi dengan sejuta sensasi tentunya. apalagi bagi Restu yang pertama kali menaiki kereta ekonomi.
Keretapun berangkat pada pukul 21.00 dari Bandung menuju Kutoarjo yang kemudian akan dilanjutkan dengan PRAMEX menuju jogjakarta, Sebuah do'a pun terbersit dikala kami akan pergi dan segudang kenanganpun telah menanti kami di sana, Jogjakarta, kota kenangan khususnya bagiku...

Si Kentuy Mao

0 komen
Memulai sebuah perkenalan...
Panggil saja nama saya Kentuy, atau Mao, atau apapun yang anda suka...
Sebuah kisah yang akan saya buat di sini, sebuah kisah yang tidak seru, tidak istimewa, bahkan tidak menarik sama sekali mungkin bagi semua orang, tapi ini adalah kisah saya. Si Kentuy Mao yang mencoba menikmati hidup yang terasa gak nikmat ini...

Let's Begin the story...
Si Kentuy Mao


Email subscribe

Sign up for our newsletter to receive the latest news and event postings.

Copyright © 2011 Si Kentuy Mao, All Right Reserved. Design by Java Templates Powered by Blogger